Thursday, July 30, 2009

Rindu Kampung Laman

Dear dusunku,,

Adekalenye men aku lagi suhangan bai galak tekanang dengan kampung lamanku, tempat dimane aku belajar untuk berinteraksi dengan yang lain............... kampung itu bukan bai tempat aku lahir, tapi adelah tempat yang membuat dan menempa aku pacak mak ini, banyak suke dan duke yang ku kenangkan di sane..............bilake lagi aku pacak ke sane ke kampung lamanku............

Dilahirkan di tambangan rambang kecamatan merkuang OKI 34 tahun lalu, men kami nyebutnya dusun tambangan,,, dusun yang terbelah oleh sungai rambang yang juga menjadi salah sikok sumber mate pencarian bagi penduduk dusun.... men kite empai datang kesane seperti pade umumnye dusun di sumatera air sungai itu banyak nian gunenye,nyaka ikan, men nak mandi... disane,,, nak nyabun baju disane juge,,,, nak BAB disane juge, udeh itu men humah kite pas dipucok atau pinggir sungai pasti liat dapur humah itu buangan (lupak-lupak) ayahnye langsung ke sungai......pacak kau bayangkan kan?????oh.. ya yang dimaksud ayah itu bukan bapak atau tapi air... aku pun sampai mak ini hari men ngomong ke umak dan ebak pasti ngomong minte ayah puteh...... kaloh bapak atau ayah.. itu kami nyebutnye... ubak........salah sikok ikan favorit aku neh sungai rambang adelah ikan seluang, tau kan... ikannye manes, apelagi men digoreng garing (sampe ngences aku..xi..xixiixii), adelagi ikan lais, baung, buntal, ikan juare (ikannye besak cak gabus bentuknye atau ikan tuman, makanye daging....) nah di dusun kami tuch yang namenye ikan keli ngan ikan betok tuch jarang dimakan.... karena masih ade pengaruh cerite bahi neh puyang puyang, men ke 2 ikan itu tercipta neh tikus (abes kepalenye kan cak tikus), padahal itukan cuma cerite untuk nakuti anak anak, same dengan cerite bahwa jerambah di tambangan itu pas dibangun dibagian pojoknye ditanam kepale anak anak untuk tumbal, jadi kadang kadang ngehi ngehi juge men malam lewat situ (untung aku dek lame tinggal didusun) apelagi gerambah itu maseh tebuat neh kayu, jadi men kayunye la buhok men lagi nyeberang dek bahani aku ngeleh kebawah, takut titek ke sungai......

Balek cerite tentang ikan seluang lagi..... men lagi liburan sekolah dulu pas balek kedusun (ceritenye aku la tinggal di prabumulih) pasti pegi ke gandung (gandung itu tempat di pinggir sungai men nak ke ayahnye, di buat neh rakit2an adek tempat BABnye... trus mancing ikan seluang umpan nasi.. men dapatnye oi senang nian, kadang sampai dikatawei oleh hang dusun....

diDusun ini ubak dan umakku begawi nakok balam diume kami.. yang jaraknye jaoh nian ne humah kami, jadi kete umakku pas aku la umor 2 atau 3 tahun aku tinggal dihumah dengan kakak aku.....kebenaran sebelah humah kami itu humah ninek dan pugok......men dang musim ujan ayah dalam pacak sampai kebawah rumah, jadi men nak keluar rumah harus pake perahu...... asyik juge ye.....

Oh ya humah kami tuch humah panggung, yang besak bukan cak humah kite sekarang, kita pacak main lahi lahian, trus bahak jendilenye.... trus lawang paunnya pacak nyambung dengan humah ninek pakai jerambah....

sayangnye aku dek pacak cerite banyak tentang ume...soalnye maseh kecek nian,,,, yang aku ingat paling pas la smp ape sma pas balek kedusun,trus meli mamang ke ume apelagi ume kami la dek jadi utan sebab kate emakku dulu dibeli pemerintah untuk jalan ke ladang minyak pertamina, men ume pugokku aku maseh ingat, soalnye aku pernah merusak batang karet, pas belajar nakok...... kebun pugok ku tuch luas juge, sekitar 3 hektar isinya karet, padi, same nanas, nah men lagi musin nanas pasti abie keting aku beret beret kene duri nanas.

cuman aku dek lame tinggal disane......pas umor 6 tahun kami pindah ke prabumulih,olehnye ubak n umakku nak nyuba ngubah nasib dari betakok balam jadi pedagang di pasar./.......sudeh dulu ye diary dusunku...(bersambung ke edisi kehidupan di prabumulih...........)

Wednesday, July 22, 2009

Kepada Saudaraku M. Natsir

Inilah puisi gubahan Hamka yang diberi judul ”Kepada Saudaraku M. Natsir”. Puisi ini ditulis Hamka di Ruang Sidang Konstituante pada 13 November 1957, setelah mendengar pidato Moh. Natsir di Majlis Konstituante:

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar

Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga

Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu .......!

Tuesday, July 14, 2009

Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro

Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro

Oleh Anis Matta

"Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka
yang tidakbisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan
kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah
rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang
secara tarbawi atau tidak?"
------------ --
RASANYA PERBINCANGAN kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa
membahas masalah yang satu ini. Apa yang harus kita lakukan seandainya
tidak menyetujui hasil syuro? Bagaimana "mengelola" ketidaksetujuan itu?

Kenyataan seperti ini akan kita temukan dalam perjalanan dakwah dan
pergerakan kita. Dan itu lumrah saja. Karena, merupakan implikasi dari
fakta yang lebih besar, yaitu adanya perbedaan pendapat yang menjadi
ciri kehidupan majemuk.

Kita semua hadir dan berpartisipasi dalam dakwah ini dengan latar
belakang sosial dan keluarga yang berbeda, tingkat pengetahuan yang
berbeda, tingkat kematangan tarbawi yang berbeda. Walaupun proses
tarbawi berusaha menyamakan cara berpikir kita sebagai dai dengan
meletakkan manhaj dakwah yang jelas, namun dinamika personal,
organisasi, dan lingkungan strategis dakwah tetap saja akan menyisakan
celah bagi semua kemungkinan perbedaan.

Di sinilah kita memperoleh "pengalaman keikhlasan" yang baru. Tunduk
dan patuh pada sesuatu yang tidak kita setujui. Dan, taat dalam
keadaan terpaksa bukanlah pekerjaan mudah. Itulah cobaan keikhlasan
yang paling berat di sepanjang jalan dakwah dan dalam keseluruhan
pengalaman spiritual kita sebagai dai. Banyak yang berguguran dari
jalan dakwah, salah satunya karena mereka gagal mengelola
ketidaksetujuannya terhadap hasil syuro.

Jadi, apa yang harus kita lakukan seandainya suatu saat kita menjalani
"pengalaman keikhlasan" seperti itu? Pertama, marilah kita bertanya
kembali kepada diri kita, apakah pendapat kita telah terbentuk melalui
suatu "upaya ilmiah" seperti kajian perenungan, pengalaman lapangan
yang mendalam sehingga kita punya landasan yang kuat untuk
mempertahankannya? Kita harus membedakan secara ketat antara pendapat
yang lahir dari proses ilmiah yang sistematis dengan pendapat yang
sebenarnya merupakan sekedar "lintasan pikiran" yang muncul dalam
benak kita selama rapat berlangsung.

Seadainya pendapat kita hanya sekedar lintasan pikiran, sebaiknya
hindari untuk berpendapat atau hanya untuk sekedar berbicara dalam
syuro. Itu kebiasaan yang buruk dalam syuro. Namun, ngotot atas dasar
lintasan pikiran adalah kebiasaan yang jauh lebih buruk. Alangkah
menyedihkannya menyaksikan para duat yang ngotot mempertahankan
pendapatnya tanpa landasan ilmiah yang kokoh.

Tapi, seandainya pendapat kita terbangun melalui proses ilmiah yang
intens dan sistematis, mari kita belajar tawadhu. Karena, kaidah yang
diwariskan para ulama kepada kita mengatakan, "Pendapat kita memang
benar, tapi mungkin salah. Dan pendapat mereka memang salah, tapi
mungkin benar."

Kedua, marilah kita bertanya secara jujur kepada diri kita sendiri,
apakah pendapat yang kita bela itu merupakan "kebenaran objektif" atau
sebenarnya ada "obsesi jiwa" tertentu di dalam diri kita, yang kita
sadari atau tidak kita sadari, mendorong kita untuk "ngotot"?
Misalnya, ketika kita merasakan perbedaan pendapat sebagai suatu
persaingan. Sehingga, ketika pendapat kita ditolak, kita merasakannya
sebagai kekalahan. Jadi, yang kita bela adalah "obsesi jiwa" kita.
Bukan kebenaran objektif, walaupun â€"karena faktor setanâ€" kita
mengatakannya demikian.

Bila yang kita bela memang obsesi jiwa, kita harus segera berhenti
memenangkan gengsi dan hawa nafsu. Segera bertaubat kepada Allah swt.
Sebab, itu adalah jebakan setan yang boleh jadi akan mengantar kita
kepada pembangkangan dan kemaksiatan. Tapi, seandainya yang kita bela
adalah kebenaran objektif dan yakin bahwa kita terbebas dari segala
bentuk obsesi jiwa semacam itu, kita harus yakin, syuro pun membela
hal yang sama. Sebab, berlaku sabda Rasulullah saw., "Umatku tidak
akan pernah bersepakat atas suatu kesesatan." Dengan begitu kita
menjadi lega dan tidak perlu ngotot mempertahankan pendapat pribadi kita.

Ketiga, seandainya kita tetap percaya bahwa pendapat kita lebih benar
dan pendapat umum yang kemudian menjadi keputusan syuro lebih lemah
atau bahkan pilihan yang salah, hendaklah kita percaya mempertahankan
kesatuan dan keutuhan shaff jamaah dakwah jauh lebih utama dan lebih
penting dari pada sekadar memenangkan sebuah pendapat yang boleh jadi
memang lebih benar.

Karena, berkah dan pertolongan hanya turun kepada jamaah yang bersatu
padu dan utuh. Kesatuan dan keutuhan shaff jamaah bahkan jauh lebih
penting dari kemenangan yang kita raih dalam peperangan. Jadi,
seandainya kita kalah perang tapi tetap bersatu, itu jauh lebih baik
daripada kita menang tapi kemudian bercerai berai. Persaudaraan adalah
karunia Allah yang tidak tertandingi setelah iman kepada-Nya.

Seadainya kemudian pilihan syuro itu memang terbukti salah, dengan
kesatuan dan keutuhan shaff dakwah, Allah swt. dengan mudah akan
mengurangi dampak negatif dari kesalahan itu. Baik dengan mengurangi
tingkat resikonya atau menciptakan kesadaran kolektif yang baru yang
mungkin tidak akan pernah tercapai tanpa pengalaman salah seperti itu.
Bisa juga berupa mengubah jalan peristiwa kehidupan sehingga muncul
situasi baru yang memungkinkan pilihan syuro itu ditinggalkan dengan
cara yang logis, tepat waktu, dan tanpa resiko. Itulah hikmah Allah
swt. sekaligus merupakan satu dari sekian banyak rahasia ilmu-Nya.

Dengan begitu, hati kita menjadi lapang menerima pilihan syuro karena
hikmah tertentu yang mungkin hanya akan muncul setelah berlalunya
waktu. Dan, alangkah tepatnya sang waktu mengajarkan kita panorama
hikmah Ilahi di sepanjang pengalaman dakwah kita.

Keempat, sesungguhnya dalam ketidaksetujuan itu kita belajar tentang
begitu banyak makna imaniyah: tentang makna keikhlasan yang tidak
terbatas, tentang makna tajarrud dari semua hawa nafsu, tentang makna
ukhuwwah dan persatuan, tentang makna tawadhu dan kerendahan hati,
tentang cara menempatkan diri yang tepat dalam kehidupan berjamaah,
tentang cara kita memandang diri kita dan orang lain secara tepat,
tentang makna tradisi ilmiah yang kokoh dan kelapangan dada yang tidak
terbatas, tentang makna keterbatasan ilmu kita di hadapan ilmu Allah
swt yang tidak terbatas, tentang makna tsiqoh (kepercayaan) kepada jamaah.

Jangan pernah merasa lebih besar dari jamaah atau merasa lebih cerdas
dari kebanyakan orang. Tapi, kita harus memperkokoh tradisi ilmiah
kita. Memperkokoh tradisi pemikiran dan perenungan yang mendalam. Dan
pada waktu yang sama, memperkuat daya tampung hati kita terhadap beban
perbedaan, memperkokoh kelapangan dada kita, dan kerendahan hati
terhadap begitu banyak ilmu dan rahasia serta hikmah Allah swt. yang
mungkin belum tampak di depan kita atau tersembunyi di hari-hari yang
akan datang.

Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka
yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan
kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah
rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang
secara tarbawi atau tidak ?
------------ ---
sumber: Menikmati Demokrasi

Saya ini sedang futur

Saya ini sedang futur
terbukti dengan ogah-ogahan datang ke pengajian tiap pekan
dengan alasan klasik,
kuliah-lah, kerja-lah, lelah-lah, cape-lah, sibuk-lah, ini-lah, itu-lah

Saya ini sedang futur
Jarang baca buku tentang Islam
lagi demen baca koran
dulu tilawah tidak pernah ketinggalan
sekarang satu lembar sudah lumayan
tilawah sudah tidak lagi berkesan
nonton bola ketagihan
bahkan sampe lewat tengah malam
tahajjud?? wassalam

Saya ini sedang futur
mulai malas sholat malam, jarang ber- tafakkur
ba'da shubuh, kanan kiri salam
lantas kembali mendengkur
apalagi waktu libur sampai menjelang dzuhur

Saya ini sedang futur
sedikit dzikir kebanyakan tidur
belajar ngawur ibadah pun hancur
shohib-shohib kaga ada yang negur

Saya ini sedang futur
hati beku otak ngelantur
mikirin orang se-dulur
diri sendiri kaga pernah ngukur

ente tau-lah ane sekarang
seneng duduk dikursi goyang
perut kenyang hati melayang
mulut sibuk ngomongin orang
aib sendiri ga kebayang

ente tau ane bengal
bangun malam sering ditinggal
otak bebal banyak menghayal
udah lupa yang namanya ajal

ente tau ane begini
udah sok tau, senang dipuji
ngomong sok suci kaya 'murabbi kaga'
ngaca diri sendiri

ente tau ane gegabah
petantang - petenteng merasa gagah
diri ngaku ikhwah
kalo mo' muhasabah
diri itu ga beda sama sampah

ente tau ane sekarang
udah kalah di medan perang
ane pengen pulang ke kandang
ke tempat ane dulu datang

saya ini sedang futur
tak lagi pandai bersyukur
senang disanjung
dikritik murung

Saya ini sedang futur
malas ngurusin da'wah
rajin bikin ortu marah
sedikit sekali muhasabah
sering sekali meng-ghibah

ya, saya memang sedang futur
mengapa saya futur ??
mengapa tidak ada satu ikhwah pun
yang menegur dan menghibur ??
kenapa batas - batas mulai mengendur ??
kepura-puraan, basa-basi kelakuan makin subur ??
kenapa diantara kita sudah tidak jujur ??
kenapa ukhuwah diantara kita sudah mulai luntur ??
kenapa diantara kita hanya pandai bertutur ??

ya Allah berikan hamba - Mu ini pelipur
agar aku tak semakin futur
apalagi semakin tersungkur

ikhwahfillah. ..
ukhuwah adalah implementasi dari iman dalam hati...
jika ukhuwah itu rusak,,
kita yakin bukan ukhuwah kita yang bermasalah
tapi karena iman-iman kitalah yang sedang babak belur...

"bersegeralah menuju ampunan Allah"

DO'A

DO'A



Dilantunkan oleh K.H. Rahmat Abdullah pada Deklarasi Partai Keadilan

Lapangan Masjid Agung Al-Azhar Jakarta, 09 Agustus 1998, yang diiringi oleh tetesan air mata hadirin.



Ya ALLAH, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.

Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya.

Engkau pencipta dan pelindungnya



Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami

Rukunkan antar hati kami

Tunjuki kami jalan keselamatan

Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang

Jadikan kumpulan kami jama'ah orang muda yang menghormati orang tua

Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda

Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman

Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian



Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar

Wahai yang menyambung segala yang patah

Wahai yang menemani semua yang tersendiri

Wahai pengaman segala yang takut

Wahai penguat segala yang lemah

Mudah bagimu memudahkan segala yang susah

Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran

Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak

Engkau Maha Tahu dan melihatnya



Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu

Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu

Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur

Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus

Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami

Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami

Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami

Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara

Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami



"ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih"



Ya ALLAH, kami hamba-hamba-Mu, anak-anak hamba-Mu

Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu

Berlaku pasti atas kami hukum-Mu

Adil pasti atas kami keputusan-Mu



Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu

Dengan semua nama yang jadi milik-Mu

Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu

Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu

Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu

Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib

Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur'an yang agung

Sebagai musim bunga hati kami

Cahaya hati kami

Pelipur sedih dan duka kami

Pencerah mata kami



Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia



Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang marak menyala



Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan laut yang mengancam nyawa



Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan oleh kafir durjana



Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka



Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam, dan perut ikan



Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya

Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya

Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara



Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa

Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia

Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-Mu murka

Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya



Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami



Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami

Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri



Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti

Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu

Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab

Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku

Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan

Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera

Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan



Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da'i penyeru iman

Kepada nenek moyang kami penyembah berhala

Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah

Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran

Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini

Kepada generasi berikut kami

Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini

Dengan sikap malas dan enggan berda'wah

Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa

10 NASEHAT IMAM HASAN AL BANNA

10 NASEHAT IMAM HASAN AL BANNA


1.Dirikanlah sholat,saat setiap kali engkau mendengar suara adzan dalam keada'an apapun

2.bacalah Al-qur'an, tela'ah isinya,dengarkan dan berdzikirlah kepada Allah,jangan gunakan sebagian waktumu untul hal-hal yang tidak bermanfa'at.

3.bersungguh-sungguhlah dalam berbahasa arab "fushah" karena itu termasuk syiar islam.

4.Jangan banyak berdebat dalam hal apapun,karena bersikap hipokrit tidak akan mendatangkan kebaikan.

5.Jangan banyak tertawa,karena hati yang maushul kepada Allah adalah hati yang tenang dan stabil.

6.Jangan bercanda,karena umat yang bersungguh-sungguh tidak mengenal apapun selain kesungguhan.

7.jangan keraskan suaramu melebihi yang di butuhkan pendengar, karena hanya akan mengakibatkan serampangan dan menyakitkan orang lain.

8.Jauhi menggunjing dan melukai perasa'an orang lain,dan janganlah engkau berbicara kecuali yang baik.

9.Lakukan ta'aruf (perkenalan) dengan saudara-saudara yang kau temui,meskipun mereka tak menuntutmu demikian,sesungguhnya pondasi dakwah kita adalah cinta dan saling mengenal.

10.Kewajiban kita jauh lebih banyak dari pada waktu yang tersedia, maka bantulah orang lain untuk memanfa'tkan waktunya, kalau engkau punya keperluan,maka segeralah tunaikan kebutuhannya

Karena kau tulang rusukku...

Karena kau tulang rusukku...

Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati."
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain.
Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, "Kamu nggak cinta lagi sama aku!"
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak, "Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!"
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali.
Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. "Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing."
Lima tahun berlalu.
Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara.
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik... ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
"Good bye...."
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
"Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal"

Hikmah :
Istri pendamping setia yang ada di sisi kita adalah Tulang rusuk kita, justru yang kita cintai. namun sadarkah kita "Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal"

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan bergaullah kalian (para suami) dengan mereka (para istri) secara patut.” (An-Nisa`: 19)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas menyatakan: “Yakni perindah ucapan kalian terhadap mereka (para istri) dan perbagus perbuatan serta penampilan kalian sesuai kemampuan. Sebagaimana engkau menyukai bila ia (istri) berbuat demikian, maka engkau (semestinya) juga berbuat yang sama. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam hal ini:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan para istri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِيْ
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga (istri)nya. Dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluarga (istri)ku.”2 (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 2/173)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Kemudian bila kalian tidak menyukai mereka maka bersabarlah karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa`: 19)
Dalam tafsir Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an (5/65), Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ (“Kemudian bila kalian tidak menyukai mereka”), dikarenakan parasnya yang buruk atau perangainya yang jelek, bukan karena si istri berbuat keji dan nusyuz, maka disenangi (dianjurkan) (bagi si suami) untuk bersabar menanggung kekurangan tersebut. Mudah-mudahan hal itu mendatangkan rizki berupa anak-anak yang shalih yang diperoleh dari istri tersebut.”
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Yakni mudah-mudahan kesabaran kalian dengan tetap menahan mereka (para istri dalam ikatan pernikahan), sementara kalian tidak menyukai mereka, akan menjadi kebaikan yang banyak bagi kalian di dunia dan di akhirat. Sebagaimana perkataan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma tentang ayat ini: ‘Si suami mengasihani (menaruh iba) istri (yang tidak disukainya) hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan rizki kepadanya berupa anak dari istri tersebut dan pada anak itu ada kebaikan yang banyak’.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, jika ia tidak suka satu tabiat/perangainya maka (bisa jadi) ia ridha (senang) dengan tabiat/perangainya yang lain.” (HR. Muslim no. 1469)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Hadits ini menunjukkan larangan (untuk membenci), yakni sepantasnya seorang suami tidak membenci istrinya. Karena bila ia menemukan pada istrinya satu perangai yang tidak ia sukai, namun di sisi lain ia bisa dapatkan perangai yang disenanginya pada si istri. Misalnya istrinya tidak baik perilakunya, tetapi ia seorang yang beragama, atau berparas cantik, atau menjaga kehormatan diri, atau bersikap lemah lembut dan halus padanya, atau yang semisalnya.” (Al-Minhaj, 10/58)