Sunday, May 9, 2010

Kelakuan Kader Dakwah

Aku bertanya kepada diriku: Apa itu kader Dakwah?????????????
semulia apakah mahluk itu??????????? tanyaku lagi,
apakah orang yang sudah jauh malang melintang di dunia persilatan???? jawabku,
atau orang yang secara jenjang sudah tinggi maka dia itu yang disebut kader dakwah yang mumpuni??????????
lantas jika telah mumpuni, berarti boleh dong berleha2 tidak usah turun ke bawah lagi????
lantas boleh cuma memerintah yang juniornya!!!!!!!!!!,
lantas boleh mengelak dari semua amanat yang diberikan dengan sejumlah alasan seperti mengatakan, biarkan orang muda yang mengerjakan ,kami ini sudah banyak melakukan hal hal yang demikian??????

jika memang seperti itu.....dengan malu aku kembali bertanya......... dimanakah posisi aku????????,

rasanya ingin meledak kepalaku mereview semua ini, penat n ada juga rasa frustasiku akan semua ini,

sebagai seorang yang mendoktrin diri dengan doktrin "nahnu Du'at Qobla kulla Syai'in... meleleh air mataku ini, terlalu banyak intrik yang kualami dan kubuat... mungkinkah aku ini masih termasuk katagori kader dakwah...

kadang aku berpikir untuk lari dari semua ini, meninggalkan gelanggang ini, mencoba menata hati, tak sanggup rasanya mengikuti perputaran ini yang mengharuskan kita melakukan percepatan yang belum tentu aku bisa tau arah dan tujuannya, sekelebat asaku muncul.... mungkin gak ya ini juga bisa dikatagorikan kerja dakwah,????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

berpuluh puluh hujaman yang kuterima atau yang kuberikan ada mereka, mencakar, menendang, memukul dang merenggut semua yang ada didepan dengan dalih" INI UNTUK KEPENTINGAN DAKWAH"........, sementara sebagian lagi asyik duduk memberikan instruksi dengan bungkus retorika dan jargon kosong belaka............. anak muda kamu harus ada didepan,,,,,,,,,, anaka muda pecahkan semua yang menghalangimu, yakinlah jalanmu adalah suatu kebenaran yang hakiki, tapi mereka sendiri berkata, kami yang sudah tua ini biarlah mengawal kalian yang masih muda, dulu kami juga melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan, seolah2 iya mau berkata "telah banyak jasa dan pahala yang kami lakukan untuk dakwah ini, skrg kami telah udzur secara hirarki, kami berikan jalan ini untuk kalian yang masih muda..........

mungkin mereka lupa, bahwa Dakwah tidak mengenal udzur. Anas bin Malik mengatakan tentang Abdullah bin Ummi Maktum yang secara kondisi fisik buta. Tapi pada perang Yarmuk, Abdullah bin Ummi Maktum hadir di tengah para mujahidin di medan perang, memakai baju besi, memegang bendera. Anas bin Malik bertanya, wahai Abdullah bin Ummi Maktum, bukankah Rasulullah saw telah memberi udzur kepadamu? Ia menjawab, “Ya betul, memang dalam Al Quran telah diberikan udzur kepada orang buta. Tetapi saya menginginkan dengan kehadiran saya di sini, di medan perang, paling tidak dapat menambah jumlah tentara Islam.” Alhamdulillah sekarang kita banyak. Coba kalau hanya tiga orang, tidak semangat.

Diceritakan lagi ketika tentara Holagu masuk ke kota Baghdad, terdapat seorang ulama yang juga buta. Dia menghadang tentara dengan mengayunkan pedang ke kanan dan ke kiri barangkali ada musuh yang kena. Secara logika, apa yang bisa dilakukan oleh orang yang dalam kondisi seperti itu? Barangkali kalau dia duduk di rumah dia tidak dosa dan tidak ada pertanggung jawabannya di sisi Allah. Tapi masalahnya, ia ingin berkontribusi, ingin aktif, paling tidak ingin mati syahid. Dan benar ia mati syahid.

Kisah kisah semacam ini banyak dalm kisah tabiin. Yang kita inginkan dalam tarbiyah adalah para kader dakwah seperti itu. Meskipun sudah udzur tetap saja bersemangat berjuang, berjuang, berjuang. Menurut Ahmad bin Hambal kepada muridnya, “mataa yajidul abdu tha’marrahah?” kapan seseorang bisa beristirahat?” Ia menjawab, “Indamaa yatha’u ihda qadamaihi fil jannah” ketika salah satu kakinya menginjak surga. Artinya sebelum mati, tidak ada waktu untuk senang senang istirahat. Laa rahata li du’at illa ba’dal mamaat. Itu kata Syaikh Ahmad Rasyid. Jadi barangsiapa yang mau istirahat silahkan mati. Meskipun setelah itu juga belum tentu bisa istirahat karena tidak ada amal.

Sekali lagi aku terbaring dan membisu disudut relung hatiku........apakah mungkin aku ini kader dakwah............

(Seni memandang kekurangan diri ini, tlah membuatku kaku dan hampa dalam hati)

No comments:

Post a Comment